Rabu, 05 April 2017

Molluska

Mollusk

Nailu Sa’dah

Abstrak
            Molluska adalah hewan bertubuh lunak dan tidak bersegmen. Kebanyakan bercangkang yaitu cangkang internal dan eksternal terbuat dari kitin atau kapur serta ada yang tidak bercangkang. Habitat teresterial, tawar, payau, dan laut. Terdiri dari kelas gastropoda bercangkang tunggal yang berpilin membentuk spiral dengan kepala yang jelas, memiliki dua pasang tentakel, memiliki mantel, insang satu atau dua, kaki lebar dan pipih contohnya Turitella terebra, Conus sp, Achatina pulica. Kelas polycophora berbentuk oval, cangkang, berbentuk lempengan yang berjumlah delapan buah yang tumpang tindih dikelilingi sabuk, kaki pipih dan lebar dengan otot yag kuat contohnya Chiton sp. Kelas cephallopoda kaki dikepala, tubuh tertutup mantel yang tebal, kepala jelas, mulut dua rahang dari kitin yang dikelilingi 8-10 tentakel contohnya Loligo sp, Sepia sp, Octopus sp. Kelas pelecypoda (Bivalvia) cangkang 2 buah yang setangkup dengan bentuk yang bervariasi, tidak berkepala dan tidak bermulut contohnya Anandara sp, Periglypta purpurea, Anandonta woodiana. Keragaman bentuk cangkang, setiap species molluska memiliki berbagai bentuk cangkang. bentuk cangkang yaitu conical, biconical, abconical, fusiform, turrited, pateliform, discoidal, cylindrical, ovoid, globose, dan lenticular. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan diantara masing-masing kelas dalam filum molluska serta ciri-ciri dan bentuk tubuhnya.
Kata kunci: molluska, gatropoda, polycophora, cephallopoda, dan pelecypoda.

Abstract
            Mollusk is a soft-bodied animal and not segmented. Most shelled namely internal and external shells made of chitin or lime, and there were not shelled. Habitat terrestrial, freshwater, brackish, and sea. Consisting of a single-shelled gastropod class that spiral spirals with a clear head, has two pairs of tentacles, has a mantle, gills one or two feet wide and flat Turitella terebra example, Conus sp, Achatina pulica. Class polycophora oval, shell, shaped plates amounts to eight overlapping surrounded by a belt, feet flat and wide with strong muscles yag example Chiton sp. Cephallopoda class foot the head, body covered in a thick coat, a clear head, the mouth of the two jaws of chitin surrounded 8-10 tentacles example Loligo sp, Sepia sp, Octopus sp. Pelecypoda class (bivalves) shell 2 fruit loaf with varying shapes, headless and does not foul sp Anandara example, Periglypta purpurea, Anandonta woodiana.  shell diversity of forms, each species of mollusk shells have different shapes. shell shape is conical, biconical, abconical, fusiform, turrited, pateliform, discoidal, cylindrical, ovoid, globose, and lenticular. The goal is to know the difference between each class in the phylum mollusks as well as the characteristics and shape of her body.     
Keywords: molluscs, gastropods, aplacophora, cephalopods, and Pelecypoda.
           





Pendahuluan
            Molluska adalah hewan bertubuh lunak (tidak memiliki kerangka) tetapi memiliki cangkang yang sebagian besar tersusun dari zat kapur. Cangkang ini pada beberapa jenis molluska berfungsi sebagai rumah. Berdasarkan klasifikasi: filum molluska meliputi lima kelas yaitu: palecyphoda (kerang), gastropoda (keong), cepalophoda (cumi-cumi, sotong, gurita) amphineura dan scapophoda. Khusus untuk komoditas cumi-cumi (Loligo sp), dan sotong (Sepia sp) perhitungan potensi produksinya menggunakan metode akustik. Dalam kurun waktu terakhir ini, komoditas molluska dan teripang semakin berperan dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Produksi bentos dinyatakan sebagai kepadatan (densitas), yaitu jumlah individu atau ekor persatuan luas. (Subani, 2007, p. 4).
            Beberapa gastropoda dan bivalvia memiliki habitat di perairan sepanjang pantai dan umumnya banyak ditemukan pada perairan dangkal dan merupakan indikator polutan. Semakin besar polui yang terdapat pada suatu perairan maka gastropoda dan bivalvia yang mampu bertahan hidup akan lebih sedikit atau hanya jenis tertentu saja yang akan ditemukan. Jika polusi masih atau bahkan tidak ada maka gastropoda dan bivalvia yang hidup akan jauh lebih banyak dan beragam dengan mempertimbangkan tekstur substrat dasar, Bivalvia mempunyai beberapa cara hidup, ada yang tumbuh pada substrat dengan melekatkan diri, ada yang membenamkan diri pada pasir atau lumpur bahkan ada yang membenamkan diri di dalam kerangka karang-karang batu. (Riniatsih, 2009, p. 50).
            Bivalvia dikenal sebagai kelompok kerang yang merupakan salah satu kelas dari filum molluska yang mempunyai beberapa peranan dalam siklus rantai makanan, mempengaruhi struktur struktur komunitas makrozoobentos dan sebagai bioindikator. Secara ekonomi beberapa spesies mempunyai kandungan gizi yang cukup tiinggi dan merupakan sumberdaya perairan yang dapat dijadikan sebagai sumber mata pencahaarian nelayan. Contohnya jenis kerang darah (Anandara granosa), kerang bulu (Anandara antiquata) dan kerang hijau (Perma viridis). Keberadaan kerang sangat dipengaruhi oleh parameter fisika-kimiaa maupun biologis perairan. (Komaa, 2013, p. 14).
            Cumi Sepiotenthis lessoniana memiliki ciri morfometrik pada kepala besar, leher dan mantel yang bersatu dengan bagian dorsal. Mantel berbentuk lonjong membundar pada ujung posterior, lebar, lebar mantel sekitar 40% dari panjangnya. Memiliki mata yang agak besar terletak disebelah kanan dan kiri kepala. Sirip-sirip bersatu pada bagian posterior disekitar ujung mantel cukup besar dan tebal, memiliki lima pasang lengan dimana satu pasang diantaranya lebih panjang dari yang lain yang disebut tentakel. Sedangkan cumu batok  (Sepia officinalis) memiliki sirip lebar yang memanjang melewati sedikit pinggiran mantel, bentuk tubuh bagian anterior seperti bentuk U terbalik atau berbentuk M. Dilengkapi dengan enam baris penghisap, warna coklat terang dengan bintik-bintik putih yang tersebar. (Ismail, 2013, p. 97).
            Kiton memiliki tubuh yang berbentuk oval dan cangkang yang terbagi menjadi lempengan dorsa. Akan tetapi tubuh kiton itu sendiri tidak beruas-ruas. Hewan laut ini melekat ke bebatuan di sepanjang pesisir selima pasang surut. Jika dicopot kiton dengan tangan, kaki kiton itu sangat kuat yang berperan sebagai mangkok peghisap, melekat ke bebatuan. Kiton juga dapat menggunakan kakinya untuk merayap perlahan dipermukaan batu. Kiton mnenggunakan radulanya untuk menggerus alga dari permukaan bebatuan. Kiton termasuk kedalam kelas polyplacophora yang memiliki karakteristik utama yaitu hidup dilaut, cangkang dengan delapan lempengan, lokomosi dengan kaki, memiliki radula dan tidak berkepala. (Campbell, 2012, p. 251).

Metode/Cara Kerja
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh pada tanggal 2 November 2016.
Target/Subjek/Populasi/Sampel
            Bahan yang digunakan pada penelitian preparat yang telah disediakan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu disediakan spesies dari filum moluska yaitu kelas polycophora disediakan Chiton sp, kelas cephallopoda disediakan Loligo sp, dan kelas pelecypoda (Bivalvia) disediakan Anandara sp. Diperhatikan masing-masing contoh dari setiap kelas, bentuk tubuhnya, ciri-ciri yang dimiliki oleh masing -masing kelas, dan bentuk cangkangnya.
Data, Instrumen, Teknik Pengumpulan Data
            Apabila hewan tersebut berbentuk oval, cangkang berbentuk lempengan berjumlah 8 buah yang tumpang tindih dan dikelilingi oleh sabuk, kaki pipih dan lebar dengan otot yang yang kuat, insang 6-80 pasang dan terletak di dalam celah seputran kaki maka dimasukkan kedalam kelas polycophora.
            Apabila pada hewan kaki berada dikepala, tubuh tertutup dengan mantel yang tebal. Kepala jelas, mulut dengan 2 rahang dari kitin dikelilingi 8-10 tentakel. Hewan jantan satu atau beberapa tentakel berubah bentuk hectocotylus atau spandiks maka dimasukkan kedalam kelas cephalopoda.
            Apabila hewan memiliki 2 buah yang setangkup dengan bentuk yang bervariasi. Tidak berkepala dan tidak bermulut. Kaki berbentuk kapak dengan insang berlapis-lapis terletak di antara mantel. Cangkang dapat ditutup buka dengan mengendurkan dan mengencangkan otot adductor dan refraktornya serta membenamkan diri dan menempel dan berenang bebas maka dimasukkan kedalam kelas pelecypoda (bivalvia).

Hasil dan Pembahasan
            Molluska adalah hewan yang bertubuh lunak dan tidak bersegmen. kebanyakan bercangkang yaitu cangkang nternal dan eksternal terbuat dari kitin atau kapur serta ada yang tidak bercangkang. Habitat teresterial, tawar, payau dan laut. Bersifat heterotrof, tidak punya tulang belakang, Lapisan embrionik berupa triploblastik selomata, betuk tubuh simetris bilateral.
            Pada molluska terdapat beberapa kelas diantaranya: amphineura, monoplachopora, gastropoda, scaphopoda, pelecypoda (bivalvia), dan cephalopoda.
            Namun pada praktikum ini kami hanya mengamati 3 kelas yaitu: Pertama, kami mengamati kelas polycophora memiliki ciri-ciri yaitu berbentuk oval, cangkang, berbentuk lempengan berjumlah 8 buah yang tumpang tindih dan dikelilingi oleh sabuk. Kaki pipih dengan lebar otot yang kuat. Insang 6-80 pasang dan terletak di dalam celah seputar kaki.
Pada kelas polycophora kami mengamti preparat Chiton sp memiliki ciri tubuh oval dengan panjang 6-6,5 cm (gambar 1). Cangkang berbentuk hampir segitiga, tumpang tindih dan jumlahnya 8 buah. Cangkang coklat kehitaman, kaki dengan otot yang sangat lebar dan kuat. Kepala jelas yang dapat dibedakan dengan bagian yang lain, mulut di bagian lateral anterior dari rongga mantel dan hidup di laut.
            Semua anggota kelas polycophora hidup di laut pada umumnya melekat pada dasar perairan, tubuhnya berbentuk pipih memanjang, tidak berkepala, tidak bertentakel, pada bagian punggungnya terdapat cangkang yang tersusun atas beberapa (biasanya delapan) lempeng berlapis yang saling tumpang tindih seperti genting. serta di dalam mulutnya terdapat radula

Gambar 1. Chiton sp
                                             Sumber: Internet
           
            Kedua, kami mengamati kelas cephalopoda memiliki ciri-ciri kaki dikepala, tubuh tertutup dengan mantel yang tebal. Kepala jelas, mulut dengan 2 rahang dari kitin dikelilingi 8-10 tentakel. Hewan jantan satu atau beberapa tentakel berubah bentuk hectocotylus atau spandiks. Contoh yang kami ambil dari kelas cephallopoda adalah cumi-cumi (Loligo sp) seperti yang terlihat pada gambar 2. Loligo sp memiliki ciri-ciri yaitu cangkang putih transparan berbentuk pena atau bulu terbuat kitin dan terdapat di dalam mantel. Tubuh panjang, langsing denagn bagian belakang meruncing. Mantel putih dengan binti merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi oleh selaput tipis berlendir. Pada kedua sisi bagian dorsal mantel terdapat sirip lateral berbentuk segitiga. Kepala besar dengan 8 lengan dan 2 tentakel panjang. Permukaan lengan bagian dalm dilengkapi dengan batil isap, sedangkan pada tentakel batil isap hanya terdapat di ujung-ujungnya.. Mengeluarkan tinta berwarna hitam kecoklatan jika terancam keamanannya.

Gambar 2. Loligo sp
                                            Sumber : Internet
            Ketiga, kami mengamati kelas pelecypoda (bivalvia) memiliki ciri-ciri yaitu cangakang 2 buah yang setangkup dengan bentuk yang bervariasi. Tidak berkepala dan tidak bermulut. Kaki berbentuk kapak dengan insang berlapis-lapis terletak di antara mantel. Cangkang dapat ditutup buka dengan mengendurkan dan mengencangkan otot adductor dan refraktornya. Membenamkan diri, menempel dan berenang bebas.
            Pada kelas pelecypoda (bivalvia) kami mengamati Anandara granosa seperti yang terdapat pada gambar 3. Anandara granosa memiliki ciri-ciri yaitu cangkang hampir bulat dengan ukuran lebar 3-4 cm atau lonjong berukuran 7-8 cm. Lapisan luar cangkang berwarna putih berselaputkan suatu lapisan berwarna coklat. Jalur radial yang berpusat kea rah umbo terlihat jelas. Pada Anandara granosa jalur tersebut terputus-putus dengan lapisan dalam cangkang umumnya berwarna putih keruh.

Gambar 3. Anandara granosa
                                             Sumber: Internet

            Proses terbentuknya mutiara pada filum molluska ada dua proses yaitu proses pembentukan secara alami dan pembentukan secara buatan. Proses pembentukan mutiara secara alami mutiara terbentuk dengan dua cara, yang pertama mutiara yang terbentuk secara alami, dan yang kedua terbentuk secara rekayasa atau istilahnya budidaya mutiara. pembentukan mutiara secara alami diduga karena faktor iritan atau karena masuknya benda padat kedalam mantel kerang sehingga benda padat ini akan terbungkus nacre, nacre adalah zat unik yang dimiliki kerang yang berfungsi sebagai pelindung tubuh, teori lain juga mengatakan mutiara juga terbentuk karena apabila adanya kerusakan pada bagian mantel dan cangkang kerang maka kerang akan menutup dan memperbaiki lubang tersebut dengan menggunakan zat nacre. proses ini sama dengan proses pembentukan tulang pada manusia. nacre ini lah yang disebut dengan Mother of pearls atau ibu dari mutiara. Akibat adanya partikel pasir atau zat asing yang masuk ke dalam cangkang tiram untuk menenangkan iritasi ini, kerang mulai mendepositokan lapis demi lapis, bahan shell Lapisan ini terdiri, dari kalsium karbonat. Setelah beberapa waktu pembentukan mutiara di dalam shell selesai. Mutiara yang terbentuk bulat, putih dan bersinar. Ini disebut mutiara murni. Namun, mutiara pada dasarnya tidak hanya berwarna putih saja. Warna mereka mungkin saja hitam, putih, rose, biru pucat, kuning, hijau, dan ungu.
            Pembentukan mutiara secara buatan, pembentukan mutiara secara rekayasa yaitu dengan cara menyisipkan nukleus bersama dengan sedikit irisan mantel dari kerang lain atau kerang donor lembaran mantel ini disebut dengan saibo, saibo dan inti nukleus kemudian dimasukkan melalui irisan kecil kedalam gonad melalui irisan dinding gonat tersebut.irisan pada dinding mantel ini bertujuan agar terjadinya biomineralisasi, yaitu penutupan dan pembentukan kantung mutiara atau Pear sact, operasi ini sangat rumit, banyak tahapan yang harus dijalani, termasuk melemahkan mutiara selama beberapa minggu untuk memudahkan saat melakukan operasi.
            Pemilihan kerang untuk donor saibo harus benar-benar diperhatikan, karena saibo inilah yang nantinya akan menjadi inti dari lapisan mutiara, dan dipercaya kualitas mutiara, kilauan dan warna mutiara sangat ditentukan oleh pemilihan saibo yang tepat.
            Molluska mempunyai peranan yang menguntungkan yaitu sumber makanan berprotein tinggi, perhiasan misalnya tiram mutiara, hiasan dan kancing misalnya cangkang tiram batu, dan bahan baku teraso misalnya cangkang Tridacna sp. Sedangkan peran molluska yang merugikan yaitu bekicot dan keong sawah yang merupakan hama dari tanaman, dan siput air adalah perantara fasciola hepatica.

    Simpulan dan Saran
Simpulan
            Filum molluska mempunyai beberapa kelas diantaranya kelas amphineura, monoplachopora, gastropoda, scaphopoda, pelecypoda (bivalvia), dan cephalopoda. Molluska adalah hewan bertubuh lunak dan tidak bersegmen. Kebanyakan bercangkang yang terbuat dari kitin atau kapur dan habitat teresterial, tawar, payau dan laut.

Saran
            Pengamatan mengenai filum molluska angat bermanfaat untuk mengetahui berbagai kelas darifilum molluska, ciri-cirinya, manfaat dan kerugian dar filum molluska. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk perbaikan laporan selanjutnya.

Daftar Pustaka
Campbell, A, Neil. 2012. Biologi Edisi            Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Ismail, Taufiq. 2013. Kebiasaan Makan dan   Komposisi  Makanan Tiga Species      Cumi (Loligo edulis, Sepioteuthis             lessoniana dan Sepia officinalis) Hasil            Tangkapan nelayan dari Perairan Pantai          Utara Provinsi Aceh. Jurnal Depik. 2:2,         97-103.
Komala, Ratna. 2011. Morfometrik Kerang     Anandara granosa dan Anandara       antiquata Pada Wilayah Yang             Tereksplotasi Di Teluk Lada Perairan Selat Sunda. Jurnal Pertanian. 1:1, 14-           19.
Riniatsih, Ita. 2009. Substrat Dasar dan           Parameter Oseanografi Sebagai            Penentu Keberadaan Gastropoda dan      Bivalvia di Pantai Skluke Kabupaten   Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan. 14:1,            50-59.
Subani, Waluyo. 2009. Potensi dan Penyebaran          Sumberdaya Molluska dan Teripang.   Jurnal Ilmu Kelautan. 7:3, 1-15.







0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda